Coba-coba jualan dari SMP, SMA jadi dagang baju, kuliah jadi dagang aksesoris.
Perjalanan dimulai dari SMP yang hanya coba-coba jualan pulsa elektrik, sampai saat itu kelas 2 SMP akhirnya bisa beli modem sendiri. Waktu itu harganya Rp 499.000,-. Beranjak dari sana akhirnya coba-coba jualan sandal dengan hiasan boneka di atasnya. Gagal. Karena terkendala produksi yang tidak sesuai dengan permintaan pelanggan.
Tidak berhenti disana, kelas 1 SMA menyesuaikan dengan hiruk pikuk zona putih abu-abu. Masih tetap berjualan pulsa, namun gagal karna ketidak konsistenan. Pada akhirnya kelas 2 SMA kala itu mulai mencoba jualan online via Facebook dan Instagram. Berbekalkan tekad dan coba-coba yang luar biasa. Coba-coba, gagal, coba-coba, gagal lagi. Begitu seterusnya.
Awalnya mencoba keberuntungan berjualan case handphone, namun gagal. Karena kendala pada supplier, ketika supplier ternyata adalah tangan kesekian dari supplier sesungguhnya. Ini luar biasa menjadi beban. Beban dalan menjawab pertanyaan-pertanyaan customer yang tidak sabar ingin langsung menggunakan barang yang dipesannya. Akhirnya mencoba lagi berganti supplier, dengan case buatan dalam Negeri. Namun kini kendalanya adalah harga yang di tawarkan tidak sesuai dengan kantong anak SMA. Karna pangsa pasar kala itu masih teman-teman di sekolah.
Beranjak dari berjualan case handphone, akhirnya mencoba berjualan sepatu. Gagal lagi. Kemudian mencoba peruntungan berjualan baju, dan akhirnya menemukan supplier yang cocok pangsa pasar yang sesuai. Diawal memang sangat sulit, kerasnya melawan ego sendiri untuk merelakan uang jajan digunakan untuk membeli barang customer terlebih dahulu. Merelakan waktu di kelas terbagi antara membalas pesan customer dengan memperhatikan guru. Hehehe. Tapi awal yang sangat luar biasa dan menyenangkan. Hingga akhirnya kelas 3 SMA menemukan passion dalam diri. Untuk berhenti berharap lebih pada jurusan Kedokteran dan mencoba memikirkan alternatif lain. Pilihan kala itu, psikologi dan manajemen bisnis. Dengan kondisi omset yang mencapai 7digit, tingkat kePDan bertambah untuk berani menginjakkan kaki di dunia Ekonoki. Yang tentunya dunia baru. Dilihat dari background orang tua, yang keduanya adalah seorang guru. Tatapan yang samar tergambar didepan, apakah akan menghasilkan sesuatu atau hanya menjadi debu.
Kini bukan hasil yang dituju, tapi sebuah kebermanfaatan untuk orang lain. Kini didunia perkuliahan akhirnya takdir membawa pada jurusan manajemen bisnis di salah satu kampus swasta di Bali. Swasta bukan berarti kaya, sepanjang perjalanan dihabiskan dengan memanfaatkan beasiswa dan jajan menggunakan uang hadil dagangan.
Banyak lika liku yang terjadi di awal, sampai akhirnya kembali ke titik 0, titik awal untuk memulai lagi. Disinilah dimulai, dengan tujuan kebermanfaatan untuk orang banyak. Memulai sesuatu yang sesungguhnya sangat asing dan penuh dengan tekad dan coba-coba.
Suatu online store dengan nama Medusha Collection lahir dari sebuah keterdesakan, lifestyle dan harapan yang luas. Aksesoris memang bukan suatu yang langka lagi, namun ada harapan-harapan yang luas untuk benda yang kecil dan unik ini.

Berbekalkan keinginan untuk membuktikan kemampuan anak bangsa untuk menciptakan produk lokal yang tidak kalah dengan produk luar. Apalagi sebuah aksesoris, sesuatu yang eyecathing, menarik pethatian. Awalnya memanfaatkan kain perca, Endek khas Bali akhirnya mampu membantu beberapa orang untuk berkarya dan bertahan melawan kerasnya hidup.
Mencoba untuk mengkolaborasikan kreatifitas anak bangsa dengan kearifan lokal daerah. Produk yang dikeluarkan yaitu Bandana & Ikat Rambut dari kain Endek khas Bali.
Kini semua yang menjadi harapan pun terjadi, mencoba selalu bermanfaat bagi banyak orang. Kepada pedagang kain langganan, kepada rekan-rekan penjahit di yayasan, kepada team Medusha, keluarga, sahabat dan customer Medusha kukirimkan doa dan syukurku, semoga kita mampu saling memberi kebermanfaatan.

Salam dari gadis Bali pedagang bandana endek,
Luh Amik
Leave a Reply