Hi semuanya, salam rahayu.
Setelah kurang lebih 5 tahun berkutat dengan kain tenun, khususnya kain tenun endek Bali akhirnya mencoba mengulik lebih dalam tentang kain tenun. Memperkenalkan kepada yang lainnya tentang kain tenun endek Bali, karena ternyata masih banyak yang belum tahu bahwa tenun endek Bali tidak hanya dibuat di Bali Timur saja.
Sudah banyak yang menjelaskan tentang sejarah tenun secara detail. Tentunya tenun dulu digunakan sebagai kain untuk berpakaian sehari-hari dan upacara adat. Hampir seluruh daerah di Bali tersebar profesi penenun tenun endek dan songket. Namun seiring berjalannya waktu, hanya bertahan beberapa saja dan akhirnya tersentra di Bali Timur, yang terkenal yaitu tenun endek Sampalan, Klungkung dan tenun endek Sidemen.

Di masing-masing daerah ternyata memiliki ciri khas motif tersendiri. Misalnya saja Tenun Endek Kalianget dengan ciri khas jumputan dengan nama Endek Mastuli. Kemudian daerah Sampalan, Klungkung biasanya lebih ke motif flora dan fauna, seperti motif bunga, daun, dan lain sebagainya. Daerah Karangasem dengan motif rang-rangnya di Desa Seraya. Tentu masih banyak yang belum disebutkan. Ternyata kain tenun endek kaya akan motif dan variannya.
Mulai berkurangnya penenun di masing-masing daerah. Faktor yang menyebabkan tentu saja kurang adanya regenerasi atau penerus dari profesi ini. Pekerjaan menenun yang tentu menghabiskan waktu berjam-jam duduk mulai dari memintal benang hingga menenunnya satu per satu dengan pola dan motif yang berbagai macam jenis dan kerumitan. Seorang ibu penenun bahkan harus menghabiskan waktu seminggu-sebulan untuk menyelesaikan order motif tertentu. Hal inilah juga yang menjadi faktor penentu harga kain tenun itu sendiri.

Selain sumber daya manusia, pengaruh bahan material yang semakin mahal juga menjadi alasan. Bagaimana tidak? Dunia textile atau bahan baku kain untuk membuat pakaian semakin berkembang dan bervarian. Kain Tenun semakin berkurang ruang pemakaiannya, hanya digunakan untuk waktu-waktu tertentu saja. Hal ini juga menyebabkan degradasi dari eksistensi kain tenun endek Bali.
Walaupun dengan adanya G20 kain tenun endek menjadi meningkat eksistensinya, ternyata tidak terlalu berpengaruh ke penenun dan pedang tenun endek di beberapa daerah. Dari sinilah tumbuh keinginanku untuk mengembalikan eksistensi kain tenun endek, untuk membantu penenun, pedagang agar tetap bertahan ditengah gempuran teeknologi yang semakin maju dengan tetap mempertahankan medusha.id. Semoga memberi manfaat untuk lebih banyak orang.
Amik Dwiokta

Leave a Reply