Hi shay, selamat datang di page ini. Sudah lama kami tidak menulis. Kali ini dari hometown bukan cha cha, kampung halaman, Tabanan. Berjalan sedikit dan mengintip apa saja yang ada dan bertahan hingga kini di Tabanan. Tentu setiap kota memiliki ciri khasnya sendiri.
Salah satu yang legend di Tabanan adalah kuliner ‘es waneng’. Siapa yang tidak tahu? Es kopyor yang di racik dengan resep keluarga ini ternyata sudah ada dari tahun 1938. Kebayang kan betapa legendnya?
Dahulu perintis Es Waneng adalah Bapak Nengah Waneng, yang merintis usahanya setelah ia keluar dari juru masak NICA. Menjajakan es dagangannya dengan membawa termos, lonceng di tangan dan berkeliling area Gerogak – Tabanan. Tentu kala itu berbeda dengan saat ini.
Kini usahanya dilanjutkan oleh anak bungsunya, Mek Eka atau Ibu Nyoman Jumartini. Beliau tentu berjuang keras mempertahankan usaha ini, dari ikut berjualan dengan ayahnya berkeliling, kemudian harus mengalami pasang surut sepeninggal sang Ayah, hingga akhirnya bisa menyewa toko untuk berjualan hingga kini.
Jika kamu datang kesini, kamu bisa mendapatkan segelas Es Waneng yang menyegarkan dengan tambahan roti. Tidak sampai Rp 5.000, harimu akan kembali indah dan ceria. Ditambah lelucun Mek Eka jika kamu tanyakan harga, berapa satu gelas Es Waneng? Beliau akan menjawab, “2 juta Gek”, padahal kuta tahu itu harganya 2 ribu rupiah. Begitulah caranya untuk menghibur kita.
Selain itu akan kamu temukan banyak jajanan, makanan, lauk, roti dan lain-lain yang dijajakan di warung ini. Ini salah satu ciri khas orang Bali, pun Indonesia; saling membantu usaha saudara atau teman dengan memberikan ruang untuk menitipkan barang dagangan untuk dijajakan. Apalagi di masa pandemi, tentu jni akan sangat terasa dampaknya.
Banyak hal yang bisa dipelajari dari perjalanan Es Waneng yang benar-benar legend. Mempertahankan cita rasa, konsisten, tentu hal yang tidak mudah. Ada seorang Bali yang pernah mengatakan pada ku; ‘leluhur kita punya cara untuk menuntun kita tetap mempertahankan budaya atau bahkan bakat keluarga’.
Ada banyak tulisan terkait Es Waneng di internet yang bisa kamu baca; aku tak sempat wawancara, yang ku ceritakan diatas sebagian adalah hasil membaca juga pada koranbaliexpress dan kintamani.id. Hanya saja pesan yang ingin ku sampaikan tentu berbeda. Ahya, pesan khusus untukmu yang akan kesana. Jangan lupa; satu roti tidak akan cukup!
Salam penuh kasih,
Amik Dwiokta