Hello teman-teman, ini hampir satu Minggu setelah saya memutuskan menjadi seorang Minimalist. Hal pertama yang saya lakukan adalah mengurangi barang-barang yang tidak saya gunakan lagi. Hari ini saya berhasil mengosongi setengah isi dari lemari pakaian saya. Memilih dan memilah pakaian-pakaian yang sudah tidak digunakan ternyata butuh proses yang panjang.

Disinilah ternyata proses yang susah, proses awal yang membutuhkan kebijaksanaan, harus berpisah dengan – tidak hanya pakaian yang sudah tidak saya gunakan tetapi juga kenangan masing-masing disetiap pakaian. Setiap helai pakaian saya memiliki kenangan, mungkin tidak hanya saya saja. Misalnya saja pakaian ketika di Universitas, ada pakaian organisasi, kegiatan dan lain sebagainya. Belum lagi pakaian-pakaian pemberian atau hadiah namun sizenya tidak sesuai,
Sebelum saya mencoba menjadi minimalist saya merupakan orang yang maximalist. Kamar saya dipenuhi dengan benda-benda yang menumpuk di setiap sudut ruangan, lemari pakaian tidak tertata rapi, dan meja kerja berantakan. Tidak hanya itu, saya merasa diri saya tidak lebih beruntung dari orang lain. Misalnya saja dalam hal pekerjaan, saya merasa pekerjaan yang orang lain lakukan lebih baik dan hasilnya lebih bagus dari apa yang saya lakukan. Hingga ketika pulang kerja dan sampai dikamar lalu melihat keadaan kamar yang berantakan saya menjadi tambah tidak bersyukur.
Membunuh rasa, “Ahh.. biarin aja deh, siapa tahu nanti kepake lagi”, atau “ini baju dapat di sekolah/kampus dulu..siapa tahu bisa jadi baju tidur/rumahan nanti. Simpan dulu deh”. Tapi nyatanya masih ada diantara tumpukan pakaian-pakaian yang ada di lemari dan memenuhi hampir setengah ruang di dalam lemari pakaian. Untuk pakaian rumahan/tidur pun terkadang pakaian yang kita gunakan itu-itu saja, yang nyaman kita gunakan di rumah, sebab seharian kita beraktifitas dan mengenakan pakaian kerja yang notabene sesungguhnya tidak nyaman kita gunakan.
Menjadi minimalist atau minimalisme bukan berarti sekadar menggunakan benda-benda itu saja. Namun juga tentang seberapa kita memahami apa yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan. Ini baru proses awal memasuki gerbang minimalisme, namun sudah menghentak sesuatu dalam diri saya. Proses menjadi minimalist masih sangatlah panjang sembari kita memahami setiap makna didalmnya.
Salam hangat,
Luh Amik – a minimalist