Amik Dwiokta

RANDEVU CAFÉ : Inspirasi Café Minimalis dan Modern

Hi semuanya. Ini adalah sesi sharing bersama teman-teman yang mempunyai small business atau project creative yang semoga bermanfaat bagi kita semua. Ada banyak hal yang bisa kita ambil sebagai pelajaran, walau dari hal sederhana. Terimakasih sudah mau membaca ya teman-teman.

Sudah beberapa kali kesini. Tentu saja. Kembali karena ada sesuatu yang menarik.

Randevu Café. Setelah kurang lebih 4 kali bolak balik café ini, akhirnya memberanikan diri juga untuk sedikit interview dengan pemiliknya. Bukan karena doi adalah teman bengong dan galau waktu SMA ya, tapi pure karena konsep Randevu sendiri yang comfy yang pasti memberikan inspirasi tersendiri. Café yang lahir dari hobby yang tak disengaja sejoli, Rika dan Herry. Namun kebetulan yang kami interview adalah Rika, gadis 26 tahun kelahiran Tabanan, 1 September ini mengaku bahwa pada umur 23 tahun ia baru menyadari hobbynya adalah berjualan. Tentu saja menjadi awal yang baik untuk lahirnya Randevu Café.

Setiap café, coffee shop, resto bahkan warung lalapan adalah saksi bisu dari obrolan-obrolan kecil lahirnya Randevu Café. Randevu lahir di penghujung tahun 2021 merupakan tempat yang tidak hanya sekadar tempat makan dan ngopi saja, namun ada sentuhan khas yang menjadikan berbeda dari coffee shop atau café lainnya.

So, ini dia rangkungan interview kami dengan Rika salah satu pemilik Randevu Café yang berlokasi di Jalan Pantai Kedungu No. 1, Nyitdah, Kediri, Tabanan;

A : Bagaimana awal mula berdirinya Randevu Café?

R : Ide Randevu sesungguhnya tidak muncul sendiri, namun berawal dari Rika dan Hery (the owner) yang gemar nongki (bahasa keren anak jaman sekarang di tahun 2020-an), mengunjungi suatu tempat seperti coffee shop atau café, menganalisis mulai dari vibes hingga ke detail makanan dan minuman yang tersedia. Kami sangat beruntuk karena disupport oleh salah satu teman kami yang merupakan chef handal dan pernah bekerja di Hotel yang bergengsi di Bali.

Besar harapan kami untuk tidak hanya menyediakan tempat yang aesthetic, namun juga makanan dan minuman yang berkualitas. Karena kami beradaptasi di area sekitas dimana merupakan daerah industri dan sebagian besar masyarakat sekitar jarang memasak dengan tempat makan yang menurut kami masih terbatas. Namun ternyata banyak tantangan yang mulai bermunculan, dari hal lucu hingga hal yang tidak masuk akal dan membuat geleng-geleng kepala. Kami masih perlu banyak usaha hingga mencapai harapan dan cita-cita kami.

A : Apa inspirasi dan nuansa seperti apa yang ingin Randevu tampilakan?

R : Nuansa Minimalis dan Modern. Sesungguhnya agak subjektif, karena kami lebih merasa nyaman ketika bisa nongkrong di tempat yang bertema minimalis dan modern. Ide-ide dan inspirasi dari café lain yang bernuansa serupa kemudian kami rangkum dan sampaikan ke tim desain dan jadilah sketsa café ini.

Sebenarnya tidak 100% persis seperti apa yang kami desain, karena proyek pembangunannya digarap oleh tukang lain dan banyak kendala saat pembangunan, dan jadilah seperti yang sekarang orang lihat. Suka ketawa sekaligus sedih kalau inget part ini. Karena kami benar-benar kerjakan bersama, ngerangkap jadi interior designer buat café sendiri.

A :  Untuk menu, apa saja yang dijual dan menjadi favorite saat ini? Apakah ada pesan tersendiri dari menu-menu yang dihadirkan Randevu?

R: Menu kami tentukan bersama. Mulai dari hasil riset dari setiap café yang kami kunjungi sampai menu kreasi andalan dari chef dan tim kitchen pada masa itu. Sebagian besar makanan western, tapi kami selipkan juga menu Asian Cuisine seperti nasi goreng, mie goreng, dimsum dan ricebowl. Best seller nya dari awal buka tetap nasi goreng dan chicken parmigiana. (Yummy!)

Untuk pesannya harusnya chefnya sih yg lebih paham. Hanya saja yang bisa kami sampaikan, setiap item yang ada di atas piring itu punya peran yang berbeda, namun setelah digabungkan menjadi satu justru menjadi saling melengkapi.

Ada berbegai sisi; cocok untuk me time, membaca buku, kerja, nongkrong dan ngobrol.

A : Bagaimana proses pembuatan menu atau hidangan di Randevu Café? Apakah ada melibatkan UMKM lainnya atau mungkin petani/peternak sekitar?

R : Menu makanan 100% di-handle dan kami (aku dan herry) percayakan semua kepada our chef dan team kitchen. Bahan-bahan semua dari petani lokal sih pastinya. Kami juga belanja di UMKM sekitar café yang memang menjual bahan yg kita butuhkan dan ternyata feedback-nya positif, terkadang UMKM itu malah balik memesan menu makanan yg kami jual. Jadi saling support deh.

A : Siapa target pasar Randevu Cafe dan bagaimana cara berbaur dengan target pasar tersebut?

R : Awalnya target pasar Randevu yaitu Pria & Wanita usia 17-30 tahun di area Kediri, Tabanan. Tapi ternyata realita bisnis tidak selurus itu, bestie. Sebagian besar yang mengapresiasi konsep tempat dan makanan Randevu ya orang luar (pendatang dari luar provinsi ataupun turis asing) walaupun ada segelintir orang di sekitar café yang selalu melakukan re-purchase (ini happy banget sih sampai ada yang udah lebih dari 10x dine in atau take away menu makanan Randevu).

Cara berbaurnya tentu lewat promosi dan konten di Instagram. Promosi di sosial media seperti Tabanan foodies, Tabanan update, dan sejenisnya sampai endorse beberapa selebgram. Dan memang works di awal. Tapi untuk mencari customer yang loyal memang perlu waktu dan tenaga ekstra.

Sekarang kami masih coba improve di desain tempat, membuat variasi menu yang kami harap bisa menarik lebih banyak target pasar baru.

A : Apakah ada pengalaman menarik selama mendirikan dan menjalani usaha Randevu Café, mungkin bisa diceritakan bagian lucu atau di fase beratnya? Apalagi dirimu kalau gak salah sambil kuliah dan ada usaha lainnya.

R : Hal terlucu adalah kami dulu menghindari bisnis di bidang F&B karena tidak ahli pada bidangnya. Namun lama-kelamaan sepertinya oke juga. Apalagi di situasi pandemi, satu-satunya bisnis yang bisa survive adalah sektor F&B ini. Akhirnya seiring waktu karena terus belajar, jadi paham sendiri gimana ritme dan alur bisnis dunia kuliner.

Pernah diawal buka, kami bertemu customer aneh, complain sampai marah-marah, complain makanan yang kurang enak menurut mereka, complain soal pelayanan, denger isu katanya orang di area café takut mampir karena tempatnya yang terlalu mewah, dll.

Tapi sekarang perlahan sudah bisa dimengerti dan bisa di-handle. Bertemu dengan karyawan yang susah banget dikasi tahu, sampe lumayan berpengaruh ke pelayanan café yang tidak sesuai dengan standar yg kami tetapkan. Dihadapkan lagi dengan fase pertama kali karyawan resign, takut tidak mendapatkan karyawan yang “cager” (istilah dalam Bahasa Bali : bertanggungjawab – gerak cepat alias gercep!). Open recruitment tapi masih sedikit yg apply, belum berpengalaman untuk interview karyawan, dll. Tapi ternyata kami bisa dan bertemu lagi dengan karyawan baru yang punya semangat belajar dan semangat kerja. Selalu ada yg pertama kan di setiap fase hidup?

Berusaha saja semaksimal mungkin, soal hasil udah diatur sama Hyang Widhi.

Awalnya tantangan berat tapi setelah berhasil dilewati dan diingat kembali malah jadi lucu sendiri. Akhirnya kami bisa belajar menurunkan ego dan meminimalisir sifat perfeksionis yang kami miliki di depan karyawan, belajar mendengarkan dan belajar bisnis yang sebenarnya (berhadapan dengan banyak orang dengan karakter, keunikan dan kegilaannya masing-masing), belajar bernegosiasi, belajar sabar dan yang paling penting belajar bersyukur apapun yang didapatkan hari itu.

A : Apa goals Randevu Cafe ke depannya?

R : Semakin banyak customer yang bisa mengapresiasi nilai-nilai dan konsep yang kami tawarkan. Selama ide di kepala belum habis, selama itu juga Randevu akan terus ADA dan berusaha menemukan konsep terbaik yang tidak hanya menurut kami, tapi juga baik dan diterima oleh pasar.

A : Harapan dan pesan untuk teman-teman yang baru merintis lainnya

R: Sabar dan Konsisten melakukan perubahan yang sifatnya konstruktif. Semangat untuk kalian yang sedang dalam proses mewujudkan mimpi-mimpinya.  

Thank your for Rika and Randevu

Kami bertemu Randevu, sejak hari itu tidak hanya inspirasi yang menghampiri, namun juga nilai-nilai yang tidak sengajar tersirat menjadikan kami lebih baik lagi. Salah satunya adalah café yang menyediakan Buku bacaan. Ini agak jarang kami jumpai. Bukan karena salah satu Buku Antologi kami terpampang disana ya (xixixi), tapi ini tentang tidak hanya aesthetic. Tentu saja, sebagai UMKM lokal di daerah tanah kelahiran kami akan sealu saling support. Walau agak panjang, terimakasih ya sudah mampir dan membaca. Kami rasa kami memiliki misi yang sama dengan Randevu yaitu agar literasi menjadi hal yang lebih mengasyikan dari biasanya.

With love,

Amik Dwiokta

Exit mobile version