Pertama-tama, apresiasi setinggi-tingginya kepada kawan-kawan yang berusaha bertahan ditengah pandemi. Bertahan secara mental, emosional, fisik, bahkan finansial selama hampir 2 tahun ini memang tidak mudah. Terimakasih untukmu yang sudah berusaha untuk tidak diam, bertahan dalam keadaan yang pelik ini. Kali ini aku ingin bercerita tentang bagaimana perjalananku di tempat kerja dan apa yang kami lakukan menghadapi pandemi.
Seperti yang telah kucantumkan pada profile blog mini ku ini, aku bekerja di sebuah perusahaan industri kreatif sebagai PA Creative Director dan Sales. Awal 2019 adalah transisiku dari only one job as a PA menjadi PA sekaligus team sales di perusahaan ini. Masih dalam proses belajar menjadi sales, masih berkutat juga dengan kegiatan PA di luar kantor dan beberapa kali harus ke luar kota. Tiba-tiba ia datang, yes si corona. Sedikit bingung untuk mengambil keputusan dalam menghadapinya. Di tengah kebingungan, akhirnya kami duduk bersama dan keluarlah keputusan untuk membuat masker dengan kain Tenun Endek. Namun sebelumnya masker ini hanya kami bagikan untuk teman-teman OJOL (Ojek Online) dan orang-orang yang membutuhkan, sebab kala itu di tengah kalutnya dan kurang nya sosialisasi terkait pandemi, harga masker melonjak hingga ratusan ribu per packnya.
Dari satu foto masker tenun endek, timbulah respon dari customer untuk dijual. Yaps, kreatifitas memang tanpa batas. Selain itu juga, tujuan yang selalu kami bawa adalah membantu UMKM, salah satunya penenun. Karena aku juga ada usaha yang bergelut di bidang ini, bahkan sebelum aku mulai bekerja. Aku paham betapa sulitnya sebagian besar penenun untuk memasarkan hasil karyanya. Salah satu kesempatan untuk membantu adalah dengan di keluarkannya produk ini. Seiring berjalannya waktu, dibuatlah berbagai macam masker tenun endek dengan varian warna dan corak yang cantik. Semerbak di negeri ini nama kain tenun mulai naik, eksistensi nya semakin tinggi. Bangga bukan?
Berawal dari hanya membeli dari satu penenun lalu bertambah menjadi 2 dan 3 bahkan lebih penenun lainnya. Seperti kasih seorang Ibu yang mempertaruhkan hidupnya demi anaknya agar bisa tumbuh dan hidup dengan baik, dalam bahasa Bali nya “buka megantung baan bok akatih”. Tidak hanya sampai pada membuat masker dan membantu UMKM lainnya saja. Di industri kreatif tentunya kita dituntut tetap kreatif. Hasil karya dan produk lainnya mulai dikembangkan dan dibuat juga dengan tenun endek. Penenun tetap diberdayakan agar juga bisa bertahan. Bahan pendukung lainnya pun demikian. Saling support dan berpegangan tangan adalah pelajaran berharga dari pandemi ini.
Ada banyak hal yang ingin ku tuangkan disini, tentang perjuangan, berusaha mengontrol diri dan juga sekitar kita. Sungguh kawan, dirimu yang bertahan dan mau saling berpegangan tangan dikala pandemi ini sungguhlah hebat. Banyak yang terjadi selama hampir 2 tahun ini, tak terhitung pelajaran berharga apa saja yang sudah diberikan untuk kita. Bertahan ataukah menyerah? Untukmu yang bertahan, terimakasih ya. Namun ingat berterimakasih juga padanya yang membantumu bertahan.
Sebagai salah satu pelaku UMKM, struggle selama pandemi benar-benar terasa. Biasanya Medusha bisa open booth di market beberapa kali dalam sebulan, namun harus berhenti dan memaksimalkan penjualan online. Tentu terjadi juga pada UMKM lainnya, berkat bantuan dari Mbok Niluh sebagai mamak dan mentor, teman-teman seperjuangan. Medusha bahkan bisa mulai mengembangkan sayap dari accessories ke fashion. Mulai ada inovasi dan cara marketing baru begitu pula dengan beberapa UMKM lainnya, tentu kita saling membantu. Bahkan muncul customer yang bervarian, dari dalam negeri maupun luar negeri. Why not? Memang di awal pandemi sempat ada hambatan dalam melakukan ekspor tapi itu tidak lama, kini ekspor bisa dilakukan UMKM. Wow keren bukan?
Lalu, kiat-kiat apa yang harus kita perhatikan?
- Kesiapan UMKM
Apa iya UMKM kita siap menerima orderan? Jangan-jangan kualitas kita belum oke nih? Stock kita masih terbatas? Lalu bagaimana caranya? Sebelum kita meneror seseorang baik teman atau influencer yang kita kenal untuk membantu mempromosikan produk kita, lihatlah terlebih dahulu apakah kita sudah siap di promosikan? Jika merasa kurang, mintalah pendapat teman atau mentor.
2. Jangan Diam Di Tempat, Tetaplah Berkreativitas
Jaman pandemi, siapa sih yang jalan-jalan? Siapa sih yang beli masker tiap haris, beli baju tiap hari? Tapi jualanmu ada yang beli kan? Yes, mereka sedang menghargai hasil karyamu, hasil kerja kerasmu yang tidak diam di tempat. Jadi tetaplah berkreasi ciptakan hal-hal baru. Tentunya jika itu bisa membantu yang lain akan sangatlah baik.
3. Jangan Membedakan Customer
Hei, ini penting loh. Customer luar negeri, ekspor, dalam negeri, lokalan, apapun sebutannya, bersikap adillah. Jika kamu orang yang punya prinsip tentu keputusanmu akan bijak. Yes, salah satunya, tidak membedakan harga dan strata customer. Guys, ini musim paceklik kita. Perbanyaklah bersyukur. Mereka yang menolongmu bertahan sekarang adalah hasil dari karma baikmu bukan? Jadi tetaplah berbuat baik.
4. Tetap Bersyukur dan Berbagi
Bersyukur adalah koentji. Lihatlah sudah berjalan sejauh ini dan kamu beruntung bisa bertahan. Tentu tidak ada salahnya untuk berbagi. Berbagi sedikit keberuntunganmu, baik pengalaman, kiat sukses, atau bahkan donasi berupa finansial atau bantuan lainnya untuk yang membutuhkan.
Kurang lebih demikian, sedikit cerita tentang perjalanan ditengah pandemi yang dikemas begitu singkat. Walaupun singkat, semoga berkenan ya. Tetaplah semangat dan jangan berdiam diri. Ayo semangat, kita pasti bisa melewatinya.
Banyak doa dan cinta,
Amik Dwiokta
