GRAND IRONY : Social Media vs Critical Thinking

|

Rinai Senja is Back! Kembali lagi di blog ini, sudah lama tidak membahas sesuatu. By the way, baru refresh blog ini dengan tema yang baru, logo yang baru dan tentunya kita akan bahas hal-hal seru baru lainnya. Stay tune terus yah, kita diskusi asik bareng-bareng. Kali ini saya ingin bahas tentang critical thinking tapi kurang asik rasanya kalau kita tidak bahas sekalian dengan social media yang tentu sangat dekat dengan keseharian kita semua. Yuk kita mulai aja yah….

Critical Thinking atau Berpikir Kritis, itu penting atau gak sih?

Berpikir Kritis adalah proses mental persepsi, analisis, sintesis, dan evaluasi informasi yang dikumpulkan secara aktif dan terampil melalui pengamatan, pengalaman dan komunikasi yang mengarah pada keputusan untuk bertindak. Sederhananya, ketika kita akan melakukan sesuatu bahkan akan bertanyapun terkadang kita harus menganalisisnya terlebih dahulu, critical atau kritis diperlukan untuk mendapatkan keputusan yang baik dan diyakini kebenarannya tentunya dengan pikiran yang jernih dan rasional.

Dalam ber-Social Media apakah harus memperhatikan ini?

Tentu. Social  Media masa kini, dimana segala informasi ada digenggaman, setiap orang sibuk mencari kebenaran (atau pembenaran yah, hihi). Sehingga terkadang informasi yang ada tidak sepenuhnya benar namun dibenar-benarkan, pikiran rasional dikesampingkan. Apalagi sangat mudah men-share info, misalnya saja di grup WhatsApp keluarga, banyak sekali info artikel yang di share menimbulkan berbagai respon yang terkadang berlebih. Mengapa demikian? Karena info itu diterima begitu saja lalu disebarkan. Dalam hal ini, critical thinking sangat dikesampingkan. Bahkan tingkat berpikir kritis orang-orang di jaman sekarang bisa dikatakan lebih rendah daripada orang-orang di tahun 1800s yang dimana informasih masih belum semudah sekarang untuk mengaksesnya.

Seorang Developmental Psycologist, Patricia Greenfield bahkan melakukan analisis dan penelitian melaui screen based technology yang kita gunakan yaitu social media dan video game. Seseorang dapat mengasah critical thinking pada saat dia bermain game, dengan memenangkan pertandingan, mendapatkan hadiah, mengejar poin seseorang akan berpikir bagaimana caranya untuk memecahkan suatu permasakahan atau pertimbangan-pertimbangan sebelum melakukan suatu keputusan.

Sedangkan dalam ber-social media  banyak kita temui atau bahkan kita sendiri seorang yang social media multi-tasker berat. Para peneliti di Stanford telah meneliti hal ini, ketika seseorang menjadi social media multi-tasker berat ia akan sulit mengkontrol memory kerjanya, sulit berkonsentrasi pada saat berkerja, berbeda dengan orang yang social media multi-tasker ringan. Apa itu social media multi-tasker? Sederhana seperti ini, ketika kamu membuka Instagram dan membalas komentar tapi kami juga sedang berpikiran untuk membalas tweet seseorang Twitter. Jadi selesai membuka Instagram kamu dengan sigap langsung memuka Twitter, secara tidak sengaja kamu akan terus menunda menit demi menit untuk melakukan hal lainnya. Atau ketika kamu selesai membuka Instagram tanganmu akan otomatis mengecek sosmed lainnya seperti WhtasApp, Facebook dan lain-lain. Atau bahkan jika kamu bisa membuka social media sembari bekerja di kantor atau aktivitas lainnya. Ini terkesan sepele namun jika terlalu sering kamu lakukan, kamu akan sulit mengkontrol memory kerjamu sendiri maka kamu akan tergolong social media multi-tasker berat. Wah, kacau banget kan…jangan-jangan kita salah satunya. Percayalah. Social Media adalah sebuah platform untuk kita berinteraksi dengan seseorang lainnya, bukan berarti setiap detik kita diisi dengan interaksi. Me time, bekerja, family time atau interaksi di dunia nyata juga tidak kalah penting lho kawan. Terutama untuk kesehatanmu. Ayo ubah kebiasaan buruk kita mulai sekarang. Jangan lupa berikan senyum, sapa dan salam untuk orang-orang sekitarmu hari ini, jangan sampai akrab di sosmed tapi diem-diem di dunia nyata. IRONI. Bahkan mungkin sudah terjadi dianatara kita semua.

Lumayan nih udah kelar bahas yang berat-berat hahaha. Tapi ini pendapat saya dengan tambahan-tambahan jurnal yang saya baca ya kawan. Kalau ada pendapat atau tambahan lainnya, please komentar di bawah ini ya. Komentar dan interaksi kamu sangat diperlukan Lho! Sampai jumpa di pembahasan Rinai Senja selanjutnya!

Salam kasih meneduhkan,

Luh Amik

2 responses to “GRAND IRONY : Social Media vs Critical Thinking”

  1. amikdwiokta2015 Avatar
  2. amikdwiokta2015 Avatar

Leave a Reply to amikdwiokta2015Cancel reply